Sabtu, 21 Februari 2009

Si Wanita Sial

Siapa yang nggak kenal dengan Widya? Teman gue sedari SMP itu akhir-akhir ini sering membawa petaka dalam hidup gue. Bahkan gue punya julukan khusus untuk dia, yaitu Wanita Sial. Well, tergantung kalian juga sihh mau menganggap kata sial itu sebagai hal positif atau negatif (emangnya ada hal positif dari kata sial?). Kesialan gue, bocah polos yang tak mengerti kebobrokan dunia ini lebih sering terjadi saat pulang sekolah bersama dia. Maklum, rumah kami memang cukup dekat, ibarat kata tinggal meludah sedikit langsung sampai (lebay!). Berikut kesialan yang kualami karena berada dekat dengan dia:

Kejadian pertama.
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, langsung saja gue dan Widya (si Wanita Sial) segera pulang. Tumben-tumbennya kami bisa langsung pulang pada hari itu karena biasanya ada embel-embel kegiatan ekskur yang harus kami ikuti. Langsung saja aku naik bus 75. Dengan ditemani goyangan maut dari bus 75 gue hampir sampai di tempat ngetem-nya angkot 129 di Pasar Minggu, karena perjalanan kami pulang belum selesai dan harus melanjuti dengan naik angkot tersebut. Kami sudah bisa melihat tempat ngetem tersebut kira-kira 200meter lagi, tapi nggak tahunya tiba-tiba ada suara mendesah sangar dari kenek bus tersebut yang bilang "Ayo turun..turun.!". *Lahh..begimana sihh? wong belum sampai tempat tujuan malah sudah diturunin? Mahal-mahal kami bayar untuk naik bus 75 (baca: Rp1.000,-) eh malah diperlakukan seperti itu. Alhasil kami berdua dan penumpang lain yang dikhianati abang tersebut harus berjalan ditemani dengan beceknya Pasar Minggu. Mending kalo becek tapi bersih dan nggak bau, lahh ini?

Kejadian kedua.
Hampir sama seperti kejadian pertama hanya saja untungnya kami diantar sampai tempat tujuan. Ketika kami sudah melihat angkot 129 yang kira-kira cukup ramai penumpangnya, kami segera turun dari bus 75. Tapi yang terjadi malah angkot itu tancap gas meninggalkan kami. Jadinya kami harus naik angkot 129 lainnya yang tidak berpenumpang, berarti kami harus menunggu 5-10 menit karena si supir angkot harus ngetem menunggu penumpang.

Kejadian ketiga.
Diantar sampai tempat tujuan, melihat angkot 129 yang cukup ramai penumpangnya. Wahh..pasti ini nggak bakal sial deh. Tapi sayangnya kami ini termasuk penumpang yang selektif. Biasanya kalo di angkot kami lebih suka duduk di pojok belakang, karena selain pemandangannya lebih bebas, posisi duduk kami bisa lebih hot. Sayang disayang tempat itu sudah ditempati oleh orang lain, tapi beruntungnya tempat duduk di sebelah supir tidak ada yang menempati. Langsung aja gue bilang ke Widya, "Wid! di depan yuk!", dia jawab "Ayo!". Tapi anehnya dia malah meninggalkan angkot yang dari awal sudah saya rencanakan dan nggak tahunya dia malah mengejar angkot lain yang ada di depan. *Aduh..ni orang bener dahh goblok banget!

Okelah itu bukan bagian dari kesialan bersama dengan Widya di kejadian ketiga, tapi nggak lama setelah angkot yang kami naiki berjalan. "Duk! Nget..nget..nget..". Sepertinya bunyi ban pecah. Semua penumpang kontan langsung turun termasuk kami. Setelah kami turun hujan deras pun turun. Alhasil kami kehujanan di tempat yang jarang angkot rela untuk berhenti. Terpaksa kami menunggu angkot lainnya. 1 Angkot lewat tapi semua tempat duduk sudah terisi. Kemudian ada yang lewat lagi tapi sama saja, sudah penuh. 3 sampai 4 angkot sudah lewat tapi semuanya sudah penuh. Aduh, sial banget sihh. Mana hujannya masih deres. Akhirnya ada angkot yang lewat lagi, tapi penumpangnya sepi. Gue langsung melambaikan tangan gue dan angkot itupun berhenti, mempersilakan kami untuk naik. Di angkot gue sempet kesel sama dia, karena apalagi kalau bukan kesialan yang gue alami karena dekat dengan dia, si Wanita Sial.

Belum selesai kesialan gue, karena nggak lama setelah itu angkotnya berhenti (bukan karena pecah ban) tapi karena ada penumpang yang akan naik, dan nggak tahunya penumpang itu adalah temen gue tapi yang gue benci. Wahh..LENGKAP deh KESIALAN gue.

Terima kasih ya Widya, engkau memberikanku berbagai macam kesialan. Aku senang......