Gue tahu ada pertunjukkan ini dari teman gue, Agnes. Dengan baik hati dia memberikan brosur kegiatan teater salihara di bulan oktober ini. Gue baca-baca dan memang ada tiga acara yang ingin gue datangi, salah satunya ya JAZZ TREE OF LIFE.
Setelah bangun, gue langsung update status plurk dan twitter untuk menanyakan siapa yang mau nonton bareng. Satu jam, dua jam, tiga jam belum juga ada respon. Tiba-tiba, Gatri mau. Alhamdulillah, seneng banget. Gila kali ya, kalau pas nonton gue datang sendiri. Setelah Gatri menyanggupi, buru-buru gue langsung telepon Contact Person acara tersebut untuk reservasi. Gue coba telepon ke ponselnya ternyata ponselnya nggak aktif, gue coba telepon ke kantornya, operator telepon bilang untuk menunggu beberapa saat lagi. Ya sudah, gue mencoba meng-sms ponsel CP-nya, untuk memesan tiket tapi nggak dibalas. Bingung deh, acara sebesar ini masa CP-nya malah nggak bisa dihubungi sih ?
Akhirnya timbul ide darimana, gue coba mengakses situs resmi teater salihara, dan ternyata di situ ada menu pemesanan tiket online, tanpa pikir panjang gue langsung memesan tiket harga pelajar untuk dua orang dan gue meminta untuk dihubungi melalui ponsel gue. Lagi-lagi nggak ada tanggapan. Arghh.. makin stress. Langsung saja gue mengupdate status di twitter “I gotta feeling, that tonight’s gonna be a bad night” plesetan lagu BEP – I Gotta Feeling. Maklum, gue ini orangnya gahoel gila, suka ganti status update di situs pertemanan tersebut. Hehe, bercanda.
Gue coba telepon lagi, gue coba meng-sms lagi, tetap saja nggak bisa dihubungi. Tapi senggaknya perasaan gue sudah lega karena ada yang mau menemani gue nonton. Daripada buang waktu, gue langsung meng-sms Desna untuk meminjam kameranya, awalnya sih dia bilang nggak bisa karena saat ini dia sedang nggak berada di rumah dan perkiraan akan pulang malam, tapi beberapa jam kemudian dia meng-sms gue kalau dia sudah berada di rumah dan mempersilakan gue untuk datang ke rumahnya untuk mengambil (baca: meminjam) kamera dia. Gila ya, ternyata perasaan gue salah, sepertinya malam ini akan berjalan dengan lancar. Wohoo !
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.15wib, gue langsung makan. Setelahnya
rutinitas mandi dan berpakaian lah, kalian pasti tahu apa. Jam 17.05wib gue langsung berangkat naik mobil dengan supir gue, tujuan pertama ya ke rumah Desna lah, setelah sempat kebingungan mencari rumahnya, tanya warga sana nggak tahu, tanya waga sini juga nggak tahu, akhirnya gue tanya tukang ojek (jaman sekarang di komplek perumahan tukang ojek sudah seperti tukang peta lohh, hapal segala jalan-jalan komplek). Sesampainya di rumah Desna tanpa basa-basi gue langsung meminjam kamera Canon dia tentunya tak lupa mengucapkan terima kasih.
LET’S GET THE PARTY !
Ngoeng.. ngoeng.. salip kanan salip kiri, gue memang menyuruh supir gue untuk ngebut, kenapa ? karena gue khawatir kalau tiket online yang gue pesan lagi-lagi nggak mendapat tanggapan dari pihak JAZZ TREE OF LIFE dan teater salihara.
Tiba-tiba, Gatri sms kalau dia NGGAK BISA DATANG KARENA ADA JAM LES TAMBAHAN ! WHAT ! parbet.. parbet..
Buru-buru gue (lagi dan lagi) update status di plurk dan twitter untuk menanyakan ada yang MAU dan BISA nonton apa nggak ? Pas gue baca status update orang-orang ternyata sohib gua, Anggen bilang “Satnite sendirian”. Akal cerdas gue langsung mengajak Anggen nonton, dia mau, tapi harus minta izin dulu ke orang tuanya padahal waktu sudah menunjukkan pukul 19.00wib, satu jam lagi acara dimulai. Akhirnya gue tunggu kabar dari dia.
Nggak susah mencari alamatnya karena memang letaknya dekat dengan sekolah, senggaknya gue tahu sedikit seluk beluk daerah Pasar Minggu (bangga mode: on).
Sesampainya di sana, karena besar harapan gue kalau Anggen mau dateng, ya sudah gue langsung pesan tiket. Benar dugaan gue sebelumnya, ternyata pas gue bilang ke petugas otlet kalau gue sudah mesen online, ternyata online-nya sedang nggak bisa. Ya sudah, gue pesen dua tiket untuk gue dan Anggen, gue harga pelajar, dia harga umum, karena pembelian tiket nggak bisa diwakilkan.
Oke, setelah gue beli tiket dan menunggu Anggen di warteg depan salihara, ternyata Anggen meng-sms gue bilang,”I’m so sorry Cen, I can’t aaaah I’m so sad :-(”
ANJIRR ! BABI LAGI NGEPET ! PARAH BANGET ! Waktu tinggal 35 menit lagi padahal dan gue belum dapet temen nonton dan gue juga sudah terlanjur pesen dua tiket, satunya lagi mubazir dong. (tears)
Langsung tancap gas gue menelpon temen-temen gue yang rumahnya dekat-dekat Salihara. Gue telepon Garin, ga dijawab. Gue telepon Ananda, dijawab tapi ternyata dia nggak bisa. STRESS BANGET INI WOY !
Tiba-tiba ponsel gue bergetar karena ada sms. Setelah gue check ternyata sms-nya dari Garin, isinya “Neh..cpa ya ko tlp 9ak da suarany3,is3n9 buan9et jdi or9”. GUBRAK, ALAY BANGET ! ini Garin bukan sih ? Mana dia juga menelpon gue lagi, ya gue reject lah. WOY ALAY BANGET LO !
Finally, gue putuskan untuk nonton sama (jeng.. jeng..), SUPIR GUE ! HAHAHAHA
Pas kami mau masuk teater, dia sudah kayak orang heran, planga plongo banyak orang bule dateng, soalnya dia tahunya ini pertemuan bukan konser. Ternyata bener feeling gue tadi pagi.
Di dalam teater kami duduk di tribun yang mengarah langsung ke Indra Lesmana, karena tribun yang bisa melihat ke Indra, Gilang, dan Pra sudah penuh. Sayangnya di tribun yang gue tempati, gue cuma bisa melihat Indra, karena dua orang lainnya terhalang oleh piano.
Beberapa menit sebelum acara dimulai, kursi penonton sudah penuh, tapi masih banyak penonton yang berdatangan. Gue bingung mau duduk dimana mereka, nggak tahunya si panitia menyuruh mereka untuk LESEHAN. (Wow, budaya Indonesia tuh, harus bangga kalian semua, bule-bule pun juga banyak yang lesehan loh)
Di tengah-tengah acara Indra sempat berbincang-bincang “Piano yang saya mainkan seharga Rp 3 Milyar, dimana para musisi manapun nggak bisa membelinya.
Beberapa lagu dari album kedua Kayon sudah dimainkan, hingga pada lagu terakhir (entah termasuk album kedua mereka atau nggak), adalah klimaksnya, sumpah ini keren banget (banyak kata keren ya ? hehe). Tontonan seharga Rp25.000,00 yang tak terlupakan.
Setelah usai, gue sempet motret piano yang dimainkan Indra yang harganya Rp 3 Milyar itu lohh. Pas lagi motret tuts-nya, ada bercak merah. Guess what ? Darah. Itu darah dari jari tangan Indra karena memainkan string piano. Mungkin darahnya yang berceceran itu semakin banyak setelah dia memainkan lagu terakir tersebut.
Orang-orang mulai bergerumul memotret piano tersebut juga tuts-nya yang berceceran darah Indra Lesmana, seorang pemain musik hebat.
Segitu dulu postingan gue kali ini, see ya later !